Aku tersenyum. Itu caraku menghias luka. Aku tertawa. Itu caraku untuk
sembunyi. Aku jadi seringkali berhasil membuat orang tertawa di atas
kesedihanku, sebab kesenanganku dulu sudah banyak membuatnya sedih. Bila
aku semakin lucu, itu karena ia semakin jauh. Mungkin ini karena banyak
yang membenci aku saat dulu ia di dekat aku. Setiap hari aku harus
mencicip bayang-bayang yang pahit, setiap hari aku harus mengenyangkan
kepalaku dengan itu. Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh, aku
akan menunggu semua orang dapat memeluk aku yang tidak henti-hentinya
bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa sendiri, mereka amat terpukul.
Sementara saat-saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah yang
tumbuh dari caraku melarikan kepedihan. Bila ini melemahkanku, mengapa
tidak melelahkanku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar